Biasa kita dengar, konsumsi BBM semakin menanjak saja trennya. Ini serupa dengan yang ditulis oleh Hartoyo dalam blognya. Mobil-mobil dan motor-motor baru semakin sering diterjunkan ke jalan. Industri-industri sekala besar dan kecil juga menggeliat. Semuanya butuh bahan bakar, dan umumnya bahan bakar yang paling banyak terpilih adalah bahan bakar minyak (BBM). Mengingat banyaknya BBM yang dibeli oleh masyarakat, baik BBM bersubsidi maupun non subsidi, akhirnya kuota BBM bersubsidi terlampaui dari batasnya.
"Kuota BBM subsidi selalu jebol, karena konsumsi terus naik," jelas pengamat energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, dilansir oleh Rimanews Ahad 6 Oktober 2013.
"Kuota BBM subsidi selalu jebol, karena konsumsi terus naik," jelas pengamat energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, dilansir oleh Rimanews Ahad 6 Oktober 2013.
Orang Indonesia tak pusing memikirkan limbah karbon yang terbuang ke udara dengan semakin seringnya BBM dibakar.
Rakyat seakan-akan tak peduli tentang kebijakan pemberian subsidi atau kebijakan pembatasan subsidi terhadap BBM. Bahan bakar yang tersaji di hadapan warga Indonesia seakan-akan hanya BBM saja. Ya, seakan-akan hanya ada BBM saja. Sehingga tak perlu pusing untuk membeli BBM dikarenakan mungkin masih cukup uang di kantongnya, atau mungkin membeli karena terpaksa hanya BBM saja yang ada.
Rakyat seakan-akan tak peduli tentang kebijakan pemberian subsidi atau kebijakan pembatasan subsidi terhadap BBM. Bahan bakar yang tersaji di hadapan warga Indonesia seakan-akan hanya BBM saja. Ya, seakan-akan hanya ada BBM saja. Sehingga tak perlu pusing untuk membeli BBM dikarenakan mungkin masih cukup uang di kantongnya, atau mungkin membeli karena terpaksa hanya BBM saja yang ada.
Mau tak mau, tren konsumsi energi fosil ini terus saja meningkat. Karena bangsa ini memang masih butuh pasokan energi untuk membuat ekonomi bangsa menjadi lebih sejahtera.
Negara kita tercinta masih dicap negara berkembang, semoga bukan terbelakang. Negara kita tersayang memang sepertinya perlu terus memanfaatkan bahan-bahan energi untuk memproduksi semakin banyak barang dan jasa. Wajar, karena negara ini masih terus berkembang.
Tapi, kawan. Mengapa orang-orang di negeri kita kebanyakan hanya teringat pada dan membeli energi fosil (BBM) saja?
Apakah jawabannya karena pemerintah belum mampu menyediakan bahan bakar nabati yang cukup banyak untuk mengisi tangki-tangki mesin itu? Serupa dengan opsi jawaban ini, Komaidi Notonegoro menyampaikan, penambahan pasokan biodiesel / bioetanol masih menggantung, karena pemerintah belum menemukan kesepakatan harga dengan produsen. Program bahan bakar nabati baru akan efektif berjalan manakala pemerintah mau membeli biodiesel dengan harga keekonomian yang cocok, demikian ucap Komaidi.
Apakah jawabannya karena harga BBM masih murah? Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pernah berujar, harga BBM masih murah. Maka seterusnya menurut penilaian YLKI target jumlah penumpang untuk mass rapid transit (MRT) tidak akan tercapai, sebab, masyarakat lebih memilih naik sepeda motor atau mobil pasalnya harga BBM lebih murah. Bahkan, buku 'Bersama-sama Selamatkan Uang Bangsa' membeberkan, walaupun harga bensin premium naik jadi Rp 6.500 per liter dan
solar jadi Rp 5.500 per liter, namun dibandingkan negara-negara di
ASEAN, harga BBM di Indonesia masih termurah.
Apakah anda punya jawaban lain?
4 komentar:
Menurutku karena memang energi alternatif masih jauh dari harapan yang seharusnya sudah terrealisasi, jadi wajar semuanya terpaku pada BBM.
Betul sekali, sdr "Anonim". Negara ini masih belum mempraktekkan eksplorasi sumber-sumber energi alternatif secara maksimal. Tapi ada kabar segar dari Pihak ESDM, bahwa Rancangan Kebijakan Energi Nasional (KEN) telah disetujui DPR. Rancana KEN ini didalamnya memuat desakan kepada pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak untuk beralih ke gas, energi terbarukan, serta nuklir. Selengkapnya bisa dibaca di link ini.
Saya Kira berlomba dalam kebaikan, heheh.. Kalau nanti Mobil Listrik di Launching Pemerintah dengan harga terjangkau, maka tidak ada lagi yg ngantri di SPBU, tapi ngantri di Jaringan PLN untuk melakukan charger baterai mobil hheheh..:)
Betul sekali cekgurizal, mobil listrik dapat menjadi solusi dari permasalahan BBM yang melanda Indonesia. Saya turut mendukung pendapat cekgurizal.
Posting Komentar