Oleh Firdaus Hanif
Energi adalah
kebutuhan primer manusia yang senantiasa perlu diperhatikan kelestariannya.
Artikel
berjudul Listrik Bantar Gebang
di website darwinsaleh.com memberikan angin segar bagi kemajuan pembangunan pembangkit energi alternatif
di Indonesia. Setiap lokasi di wilayah negeri nan terbentang luas ini memiliki
karakternya sendiri-sendiri. Masing-masing lokasi memiliki potensi energi
berbeda pula. Salah satu yang dapat diandalkan adalah Bantar Gebang.
Bantar
Gebang meski menjadi tempat berkumpulnya sampah-sampah penduduk DKI telah
menjadi berkah penambah pasokan energi alternatif dan terbarukan. Tak bisa
dibilang kecil pasokan daya listrik yang mampu dibangkitkan di Bantar Gebang
ini. Dengan memasok 4 MW daya listrik seperti yang tercantum di artikel Darwin
Saleh, Bantar Gebang telah menggantikan peran BBM sejumlah ribuan kiloliter
dalam setahun.
Tahun
2011 lalu Darwin Zahedy Saleh, menuliskan, listrik yang diproduksi pembangkit
tenaga sampah Bantar Gebang ini hanya 4 MW dan berpotensi ditingkatkan lagi
menjadi 26 MW di tahun 2016. Namun kabar terkini menjadi lebih menyenangkan
lagi bagi bangsa kita. Bagaimana tidak? PT Pertamina seraya menggandeng PT
Gondang Tua Jaya berkomitmen akan menyediakan pasokan listrik sebesar 120 MW
dari pembangkit tenaga sampah (PLTSa) tersebut. Komitmen ini jelas nampak dari
penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) kedua belah pihak pada awal Maret 2013.
Kawan kaum muda Indonesia, kita patut bangga atas
kemajuan PLTSa ini. Meski baru setitik cerah kemajuan energi alternatif, kita
patut memberikan dukungan. Porsi energi listrik yang mampu dicipta dari sampah
Bantar Gebang masih terlalu kecil bila dibandingkan pembangkit listrik berbahan
bakar minyak.
Bahan bakar minyak bisa dikonsumsi pada PLTD, PLTG,
PLTGU, dan PLTU minyak. Menurut Statistik PLN 2012, pada tahun tersebut seluruh
pembangkit PLN berkapasitas total 32.901 MW. Dari angka yang ada, bila kita
lihat kapasitas PLTD saja, maka pembangkit satu ini masih memiliki peran cukup
besar di Indonesia yakni 2.599 MW daya listrik. Lebih tegas PLN mengkalkulasi
bahwa perusahaan ini menghabiskan 8,2 juta kiloliter minyak untuk memproduksi
energi listriknya dalam setahun.
Ada 5 jenis sumber energi primer yang digunakan
PLN. Batubara, gas alam, minyak, tenaga air, dan panas bumi merupakan urutan
teratas sekaligus sebagai penyangga utama listrik PLN saat ini. Peran minyak
dalam membangkitkan listrik di Indonesia terbilang jauh lebih nyata daripada
peran PLTSa Bantar Gebang yang baru 120 MW. Sekalipun berperan kecil, inilah Bantar
Gebang, sebuah ladang energi alternatif yang memberi kita inspirasi agar
pembangunan di bidang energi alternatif dan terbarukan semakin diperhatikan.
Sumber grafik: Statistik PLN 2012
Jangan Keterusan Konsumsi BBM, Masih Banyak Lagi Energi Lain
Tak
kurang upaya pemerintah saat ini dalam menggenjot produksi energi fosil, pun
demikian, tak surut upaya pemerintah dalam membangun sarana penghasil energi
alternatif. Sepertinya, sekencang apapun eksploitasi minyak dikebut, tetap akan
diikuti dengan pertumbuhan konsumsi BBM. Pada tulisan terdahulu di blog ini
berjudul Berlomba-lomba dalam Mengkonsumsi BBM, Kok Bisa? penulis menyampaikan, masyarakat kita butuh
bahan bakar dan bahkan tingkat kebutuhannya kian meningkat, namun sayang,
pilihan mereka akan bahan bakar hampir selalu jatuh kepada BBM.
Seiring
tren kebutuhan energi, proyek-proyek energi alternatif menjadi menarik untuk
dilakukan secara merata. Pada prinsipnya, setiap wilayah punya potensi
tersendiri. Dari sanalah sebagian potensi wilayah dapat dikembangkan menjadi sumber
energi yang andal. Tahukah kawan? Desa mandiri energi, sebutan bagi desa yang
mampu menyediakan energi, secara perlahan mulai dikembangkan di seluruh desa di
Indonesia. Lantas apa manfaatnya? Darwin pada artikel Desa Mandiri Energi di www.darwinsaleh.com menyajikan, pengembangan
628 desa mandiri energi telah berhasil menghemat 43,3 ribu kiloliter BBM. Bila
kelak telah dikembangkan di seluruh 58.400 (desa non perkotaan) di Indonesia, lanjut
Darwin, maka negara berhasil menghemat Rp 18 triliun/tahun.
Angka
penghematan konsumsi BBM yang muncul dari pembangunan desa mandiri energi
adalah indikator kecil keberhasilan pembangunan nasional. Mengingat, konsumsi
BBM mengakibatkan pengeluaran subsidi negara yang besar, serta kandungan BBM
dalam perut bumi wajib dijaga kelestariannya bagi generasi penerus bangsa yang
akan datang. Artinya, semakin banyak BBM yang dihemat, semakin terjaga kelestarian
emas hitam ini.
BBM
tak boleh segera habis, hanya karena bangsa saat ini terlalu tamak dan berlebih
dalam mengkonsumsinya. Padahal untuk berbagai keperluan, BBM dapat digantikan
dengan sumber energi lainnya. Desa-desa mandiri energi itulah yang telah terbukti
melakukan langkah nyata mengkonsumsi energi lain yang bersifat terbarukan. Ada
desa yang mengolah limbah tahu atau kotoran ternak menjadi biogas untuk
memasak. Ada kampung di daerah aliran sungai yang memanfaatkan alirannya untuk menggerakkan
turbin mikrohidro, sehingga terciptalah listrik. Ada pula ladang-ladang di
beberapa desa difokuskan untuk menanam aneka tanaman seperti jarak pagar,
kelapa sawit, kelapa, singkong, dan tebu, yang merupakan potensi dari sumber
bahan bakar nabati.
Semasa
menjadi menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro pernah menjelaskan, ada dua tipe desa
mandiri energi, pertama adalah desa mandiri energi yang dikembangkan dengan non
BBM seperti desa yang menggunakan mikrohidro, tenaga surya, dan biogas. Tipe
kedua adalah desa mandiri energi yang menggunakan bahan bakar nabati atau
biofuel.
Desa
yang dikembangkan dari kedua tipe tersebut tentu saja mampu menyediakan
tambahan energi bagi desanya. "Disamping itu, dia dapat membuka lapangan
kerja dan mengurangi kemiskinan serta memberikan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya produktif,” ungkap Purnomo.
Kemandirian
masyarakat dalam memproduksi ladang-ladang energi terbarukan semakin bertambah
dengan ditunjang program-program yang konkrit dari pemerintah. Telah banyak
bermunculan kisah-kisah sukses peternak sapi yang membangun biodigesternya
untuk mensuplai kebutuhan energi rumah tangganya sendiri serta bagi tetangga di
sekitarnya. Di tahun 2010, dalam catatan Darwin, telah terpasang 7.000 unit
instalasi biogas. Program kementerian yang dipimpin Darwin saat itu
berkolaborasi dengan Pemda, serta membuka kran dana hibah luar negeri untuk
memasang 1.150 unit instalasi biogas. Hingga saat ini impian di bidang biogas masih
terbuka lebar. Dalam studi KESDM ditemukan Indonesia memiliki potensi hingga 1
juta unit instalasi biogas.
Penulis
optimis para pengelola biodigester itu akan semakin matang pengetahuan dan
pengalaman, sehingga bisa menyebarkan virus-virus positif kemandirian energi. Dari
satu unit berbagi ilmu kepada kelompok lain agar tertarik membangun unit lain.
Satu unit biogas berkembang menjadi dua unit, dua menjadi tiga atau empat, dan
seterusnya. Dengan demikian, kendala apapun yang menghambat pengembangan energi
alternatif akan terselesaikan berkat pengalaman, semangat, dan kompetensi para pelaku
energi yang terus terasah.
Kawan kaum muda Indonesia, suatu ketika sembari bekerja sebagai penyuluh keluarga
berencana di Kecamatan Salem, Brebes, penulis menjumpai ketua kelompok tani
sebuah desa. Obrolan kami mengarah kepada usaha apakah yang dapat mereka
perbuat untuk menambah manfaat dari ternak kambing dan sapi yang mereka kelola.
Serta merta penulis ajukan usul untuk membangun instalasi biogas kotoran ternak.
Dengan menyertakan penjelasan singkat ditambah print out pengembangan wawasan dan rancang bangun instalasi yang
dapat diunduh secara online, penulis
melihat respon ketua kelompok tani yang sangat positif. Beliau yang memang
berjiwa kooperatif kepada anggotanya tak sabar ingin segera membangun komunitas
biogas. Semoga lekas terwujud!
Tak Cukup Hanya
Dengan Membangun Energi Alternatif/Terbarukan
Boleh
kita terus mengkampanyekan ke masyarakat agar membangun sumber-sumber energi
terbarukan. Toh, harga instalasi biogas relatif terjangkau sekitar Rp 4 juta/unit. Peternak sapi yang punya kemampuan modal dapat membangunnya mandiri,
atau pemerintah setempat hendaknya tidak ragu-ragu mengalokasikan dananya untuk
pengembangan energi ini. Namun tidak hanya kebijakan terkait energi saja yang
diperlukan. Sebagai misal, untuk pengembangan biogas, peternak sapi mendambakan
kondisi kesehatan ternak yang baik, iklim perdagangan ternak yang menguntungkan
dan lain hal. Di situ pemerintah dapat memberikan bantuan di bidang peternakan
dan regulasi yang menguntungkan peternak. Bagaimana energi kotoran ternak bisa
terus diproduksi, bila usaha ternaknya sendiri mengalami kebangkrutan?
Boleh
pemerintah terus mencairkan anggaran untuk membangun desa-desa mandiri energi.
Toh, kita tahu kebutuhan energi kita terus naik. Bangsa ini bangsa berkembang.
Bangsa ini masih butuh banyak energi untuk menggerakkan roda-roda perekonomian,
pelaku usaha membutuhkan energi untuk memproduksi barang dan jasa. Pekerja butuh
energi untuk berangkat ke tempat kerja. Masyarakat dengan gaya hidupnya yang
kian modern butuh banyak energi untuk menyalakan perangkat-perangkat elektroniknya.
Konsumsi energi identik dengan pembangunan, namun konsumsi energi bisa pula
melampui garis batas pemborosan. Karenanya, standar-standar tingkat konsumsi
energi juga wajib disosialisasikan.
Masyarakat
pertama kali mengenalnya dengan slogan Hemat
Energi Hemat Biaya. Sebuah kampanye yang tak boleh berhenti begitu saja. Untuk
lebih lengkap ulasan tentang efisiensi penggunaan energi silahkan baca artikel Mengapa Audit Energi? yang penulis
sajikan di blog ini. Singkat kata, seperti makna gambar ilustrasi di atas, laju
konsumsi BBM dapat kita tekan dengan menambahkan energi terbarukan dibarengi
langkah-langkah efisiensi. Majulah Indonesiaku!
Referensi:
Anonim,
2007, Desa Mandiri Energi http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=102
Anonim,
2012, Statistik Listrik 2012,
Kementerian ESDM http://www.esdm.go.id/statistik/data-sektor-esdm/doc_download/1262-statistik-listrik-2012.html
Anonim,
2013, Pengembangan PLTSa Bantar Gebang
Butuh US$300 Juta,
http://ebtke.esdm.go.id/id/energi/energi-terbarukan/bioenergi/779-pengembangan-pltsa-bantar-gebang-butuh-us300-juta.html
Firdaus
Hanif, 2014, Berlomba-lomba dalam
Mengkonsumsi BBM, Kok Bisa? http://bukuenergi.blogspot.com/2014/01/berlomba-lomba-dalam-mengkonsumsi-bbm.html
Darwin
Zahedy Saleh, 2009, Desa Mandiri Energi,
http://darwinsaleh.com/?page_id=790
Darwin
Zahedy Saleh, 2010, Energi Kotoran Sapi,
http://darwinsaleh.com/?page_id=794
Darwin
Zahedy Saleh, 2011, Listrik Bantar Gebang,
http://darwinsaleh.com/?page_id=599
Sekretariat
Perusahaan PLN, 2012, Statistik PLN 2012,
Sekretariat Perusahaan PLN : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar