Bantar Gebang, Inspirasi Ladang Energi Alternatif yang Terbentang

Posted on Rabu, 29 Januari 2014



Oleh Firdaus Hanif
Energi adalah kebutuhan primer manusia yang senantiasa perlu diperhatikan kelestariannya.

Artikel berjudul Listrik Bantar Gebang di website darwinsaleh.com memberikan angin segar bagi kemajuan pembangunan pembangkit energi alternatif di Indonesia. Setiap lokasi di wilayah negeri nan terbentang luas ini memiliki karakternya sendiri-sendiri. Masing-masing lokasi memiliki potensi energi berbeda pula. Salah satu yang dapat diandalkan adalah Bantar Gebang. 






Gambar Bantar Gebang dari semula hanya TPST menjadi lokasi penghasil listrik. Sumber gambar atas: disini, tengah: disini, bawah: disini   


Bantar Gebang meski menjadi tempat berkumpulnya sampah-sampah penduduk DKI telah menjadi berkah penambah pasokan energi alternatif dan terbarukan. Tak bisa dibilang kecil pasokan daya listrik yang mampu dibangkitkan di Bantar Gebang ini. Dengan memasok 4 MW daya listrik seperti yang tercantum di artikel Darwin Saleh, Bantar Gebang telah menggantikan peran BBM sejumlah ribuan kiloliter dalam setahun.

Tahun 2011 lalu Darwin Zahedy Saleh, menuliskan, listrik yang diproduksi pembangkit tenaga sampah Bantar Gebang ini hanya 4 MW dan berpotensi ditingkatkan lagi menjadi 26 MW di tahun 2016. Namun kabar terkini menjadi lebih menyenangkan lagi bagi bangsa kita. Bagaimana tidak? PT Pertamina seraya menggandeng PT Gondang Tua Jaya berkomitmen akan menyediakan pasokan listrik sebesar 120 MW dari pembangkit tenaga sampah (PLTSa) tersebut. Komitmen ini jelas nampak dari penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) kedua belah pihak pada awal Maret 2013.

Kawan kaum muda Indonesia, kita patut bangga atas kemajuan PLTSa ini. Meski baru setitik cerah kemajuan energi alternatif, kita patut memberikan dukungan. Porsi energi listrik yang mampu dicipta dari sampah Bantar Gebang masih terlalu kecil bila dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar minyak.

Bahan bakar minyak bisa dikonsumsi pada PLTD, PLTG, PLTGU, dan PLTU minyak. Menurut Statistik PLN 2012, pada tahun tersebut seluruh pembangkit PLN berkapasitas total 32.901 MW. Dari angka yang ada, bila kita lihat kapasitas PLTD saja, maka pembangkit satu ini masih memiliki peran cukup besar di Indonesia yakni 2.599 MW daya listrik. Lebih tegas PLN mengkalkulasi bahwa perusahaan ini menghabiskan 8,2 juta kiloliter minyak untuk memproduksi energi listriknya dalam setahun.

Ada 5 jenis sumber energi primer yang digunakan PLN. Batubara, gas alam, minyak, tenaga air, dan panas bumi merupakan urutan teratas sekaligus sebagai penyangga utama listrik PLN saat ini. Peran minyak dalam membangkitkan listrik di Indonesia terbilang jauh lebih nyata daripada peran PLTSa Bantar Gebang yang baru 120 MW. Sekalipun berperan kecil, inilah Bantar Gebang, sebuah ladang energi alternatif yang memberi kita inspirasi agar pembangunan di bidang energi alternatif dan terbarukan semakin diperhatikan.

 Sumber grafik: Statistik PLN 2012

Jangan Keterusan Konsumsi BBM, Masih Banyak Lagi Energi Lain
Tak kurang upaya pemerintah saat ini dalam menggenjot produksi energi fosil, pun demikian, tak surut upaya pemerintah dalam membangun sarana penghasil energi alternatif. Sepertinya, sekencang apapun eksploitasi minyak dikebut, tetap akan diikuti dengan pertumbuhan konsumsi BBM. Pada tulisan terdahulu di blog ini berjudul Berlomba-lomba dalam Mengkonsumsi BBM, Kok Bisa? penulis menyampaikan, masyarakat kita butuh bahan bakar dan bahkan tingkat kebutuhannya kian meningkat, namun sayang, pilihan mereka akan bahan bakar hampir selalu jatuh kepada BBM.

Seiring tren kebutuhan energi, proyek-proyek energi alternatif menjadi menarik untuk dilakukan secara merata. Pada prinsipnya, setiap wilayah punya potensi tersendiri. Dari sanalah sebagian potensi wilayah dapat dikembangkan menjadi sumber energi yang andal. Tahukah kawan? Desa mandiri energi, sebutan bagi desa yang mampu menyediakan energi, secara perlahan mulai dikembangkan di seluruh desa di Indonesia. Lantas apa manfaatnya? Darwin pada artikel Desa Mandiri Energi di www.darwinsaleh.com menyajikan, pengembangan 628 desa mandiri energi telah berhasil menghemat 43,3 ribu kiloliter BBM. Bila kelak telah dikembangkan di seluruh 58.400 (desa non perkotaan) di Indonesia, lanjut Darwin, maka negara berhasil menghemat Rp 18 triliun/tahun.

Angka penghematan konsumsi BBM yang muncul dari pembangunan desa mandiri energi adalah indikator kecil keberhasilan pembangunan nasional. Mengingat, konsumsi BBM mengakibatkan pengeluaran subsidi negara yang besar, serta kandungan BBM dalam perut bumi wajib dijaga kelestariannya bagi generasi penerus bangsa yang akan datang. Artinya, semakin banyak BBM yang dihemat, semakin terjaga kelestarian emas hitam ini.

BBM tak boleh segera habis, hanya karena bangsa saat ini terlalu tamak dan berlebih dalam mengkonsumsinya. Padahal untuk berbagai keperluan, BBM dapat digantikan dengan sumber energi lainnya. Desa-desa mandiri energi itulah yang telah terbukti melakukan langkah nyata mengkonsumsi energi lain yang bersifat terbarukan. Ada desa yang mengolah limbah tahu atau kotoran ternak menjadi biogas untuk memasak. Ada kampung di daerah aliran sungai yang memanfaatkan alirannya untuk menggerakkan turbin mikrohidro, sehingga terciptalah listrik. Ada pula ladang-ladang di beberapa desa difokuskan untuk menanam aneka tanaman seperti jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, singkong, dan tebu, yang merupakan potensi dari sumber bahan bakar nabati.

Semasa menjadi menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro pernah menjelaskan, ada dua tipe desa mandiri energi, pertama adalah desa mandiri energi yang dikembangkan dengan non BBM seperti desa yang menggunakan mikrohidro, tenaga surya, dan biogas. Tipe kedua adalah desa mandiri energi yang menggunakan bahan bakar nabati atau biofuel.

Desa yang dikembangkan dari kedua tipe tersebut tentu saja mampu menyediakan tambahan energi bagi desanya. "Disamping itu, dia dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan serta memberikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya produktif,” ungkap Purnomo.

Kemandirian masyarakat dalam memproduksi ladang-ladang energi terbarukan semakin bertambah dengan ditunjang program-program yang konkrit dari pemerintah. Telah banyak bermunculan kisah-kisah sukses peternak sapi yang membangun biodigesternya untuk mensuplai kebutuhan energi rumah tangganya sendiri serta bagi tetangga di sekitarnya. Di tahun 2010, dalam catatan Darwin, telah terpasang 7.000 unit instalasi biogas. Program kementerian yang dipimpin Darwin saat itu berkolaborasi dengan Pemda, serta membuka kran dana hibah luar negeri untuk memasang 1.150 unit instalasi biogas. Hingga saat ini impian di bidang biogas masih terbuka lebar. Dalam studi KESDM ditemukan Indonesia memiliki potensi hingga 1 juta unit instalasi biogas.

Penulis optimis para pengelola biodigester itu akan semakin matang pengetahuan dan pengalaman, sehingga bisa menyebarkan virus-virus positif kemandirian energi. Dari satu unit berbagi ilmu kepada kelompok lain agar tertarik membangun unit lain. Satu unit biogas berkembang menjadi dua unit, dua menjadi tiga atau empat, dan seterusnya. Dengan demikian, kendala apapun yang menghambat pengembangan energi alternatif akan terselesaikan berkat pengalaman, semangat, dan kompetensi para pelaku energi yang terus terasah.

Kawan kaum muda Indonesia, suatu ketika sembari bekerja sebagai penyuluh keluarga berencana di Kecamatan Salem, Brebes, penulis menjumpai ketua kelompok tani sebuah desa. Obrolan kami mengarah kepada usaha apakah yang dapat mereka perbuat untuk menambah manfaat dari ternak kambing dan sapi yang mereka kelola. Serta merta penulis ajukan usul untuk membangun instalasi biogas kotoran ternak. Dengan menyertakan penjelasan singkat ditambah print out pengembangan wawasan dan rancang bangun instalasi yang dapat diunduh secara online, penulis melihat respon ketua kelompok tani yang sangat positif. Beliau yang memang berjiwa kooperatif kepada anggotanya tak sabar ingin segera membangun komunitas biogas. Semoga lekas terwujud!

Tak Cukup Hanya Dengan Membangun Energi Alternatif/Terbarukan
Boleh kita terus mengkampanyekan ke masyarakat agar membangun sumber-sumber energi terbarukan. Toh, harga instalasi biogas relatif terjangkau sekitar Rp 4 juta/unit. Peternak sapi yang punya kemampuan modal dapat membangunnya mandiri, atau pemerintah setempat hendaknya tidak ragu-ragu mengalokasikan dananya untuk pengembangan energi ini. Namun tidak hanya kebijakan terkait energi saja yang diperlukan. Sebagai misal, untuk pengembangan biogas, peternak sapi mendambakan kondisi kesehatan ternak yang baik, iklim perdagangan ternak yang menguntungkan dan lain hal. Di situ pemerintah dapat memberikan bantuan di bidang peternakan dan regulasi yang menguntungkan peternak. Bagaimana energi kotoran ternak bisa terus diproduksi, bila usaha ternaknya sendiri mengalami kebangkrutan?

Boleh pemerintah terus mencairkan anggaran untuk membangun desa-desa mandiri energi. Toh, kita tahu kebutuhan energi kita terus naik. Bangsa ini bangsa berkembang. Bangsa ini masih butuh banyak energi untuk menggerakkan roda-roda perekonomian, pelaku usaha membutuhkan energi untuk memproduksi barang dan jasa. Pekerja butuh energi untuk berangkat ke tempat kerja. Masyarakat dengan gaya hidupnya yang kian modern butuh banyak energi untuk menyalakan perangkat-perangkat elektroniknya. Konsumsi energi identik dengan pembangunan, namun konsumsi energi bisa pula melampui garis batas pemborosan. Karenanya, standar-standar tingkat konsumsi energi juga wajib disosialisasikan. 
Masyarakat pertama kali mengenalnya dengan slogan Hemat Energi Hemat Biaya. Sebuah kampanye yang tak boleh berhenti begitu saja. Untuk lebih lengkap ulasan tentang efisiensi penggunaan energi silahkan baca artikel Mengapa Audit Energi? yang penulis sajikan di blog ini. Singkat kata, seperti makna gambar ilustrasi di atas, laju konsumsi BBM dapat kita tekan dengan menambahkan energi terbarukan dibarengi langkah-langkah efisiensi. Majulah Indonesiaku! 

Referensi:
Anonim, 2007, Desa Mandiri Energi http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=102
Anonim, 2012, Statistik Listrik 2012, Kementerian ESDM http://www.esdm.go.id/statistik/data-sektor-esdm/doc_download/1262-statistik-listrik-2012.html
Anonim, 2013, Pengembangan PLTSa Bantar Gebang Butuh US$300 Juta,  http://ebtke.esdm.go.id/id/energi/energi-terbarukan/bioenergi/779-pengembangan-pltsa-bantar-gebang-butuh-us300-juta.html
Firdaus Hanif, 2014, Berlomba-lomba dalam Mengkonsumsi BBM, Kok Bisa? http://bukuenergi.blogspot.com/2014/01/berlomba-lomba-dalam-mengkonsumsi-bbm.html
Darwin Zahedy Saleh, 2009, Desa Mandiri Energi, http://darwinsaleh.com/?page_id=790
Darwin Zahedy Saleh, 2010, Energi Kotoran Sapi, http://darwinsaleh.com/?page_id=794
Darwin Zahedy Saleh, 2011, Listrik Bantar Gebang, http://darwinsaleh.com/?page_id=599
Sekretariat Perusahaan PLN, 2012, Statistik PLN 2012, Sekretariat Perusahaan PLN : Jakarta

Tidak ada komentar:

Cari lebih lanjut

Blog Archive

About Me

Foto Saya
Blog BukuEnergi merupakan blog pribadi dan ditulis oleh Firdaus Hanif, S.T. Blog ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis sendiri khususnya, dan pengunjung pada umumnya. Karena kegemarannya pada tema-tema energi, maka penulis sengaja menghadirkan blog ini untuk Anda, tentu saja dalam tujuan untuk belajar bersama, dan bukan "menggurui". Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Terimakasih. Selamat membaca, dan mari budayakan menulis!