Krisis energi yang mulai terasa, terutama sekali energi listrik, dapat menjadi penghambat kemajuan industri dan perekonomian bangsa ini. PT PLN sebagai perusahaan monopoli di bidang ketenagalistrikan di Indonesia diselimuti dengan beragam permasalahan energi. Di satu sisi, pasokan batubara yang kurang terjamin, sementara di sisi lain, kapasitas daya terpasang yang telah dimiliki masih belum memenuhi kebutuhan suplai energi listrik ke seluruh wilayah Indonesia.
Rasio elektrifikasi yang dicanangkan sebesar 100% pada HUT RI ke-75 (tahun 2020) adalah tantangan tersendiri bagi PLN. Listrik memang sesuatu yang vital. Dengan adanya listrik, proses pembangunan ekonomi menjadi lebih lancar. Untuk itulah, demi kesejahteraan rakyat Indonesia, maka rasio elektrifikasi 100% harus benar-benar tercapai.
Upaya yang saat ini dilakukan PT PLN (Persero) terkait tujuan di atas antara lain adalah percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW, percepatan pembangkit energi alternatif (semisal PLTS, PLTMH, Biofuel, dsb.) dan juga sosialisasi program penghematan energi. Kompas (2008a) menyatakan program penghematan energi mengambil bagian yang penting, karena langkah ini membutuhkan biaya paling murah, namun tetap menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Langkah penghematan energi antara lain dapat berupa manajemen energi, konservasi energi, audit energi, serta program insentif dan disinsentif tarif listrik. Pelaksanaan manajemen energi dan konservasi energi yang melibatkan semua unsur akan menjadi solusi penghematan energi. Sejalan dengan tujuan tersebut, penelitian audit energi mulai banyak dilakukan. Diharapkan, laporan dan rekomendasi pelaksanaan audit dapat menjadi pertimbangan manajemen gedung untuk mengelola proses konsumsi energinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar